Seperti biasa aku setiap minggu atau hari-hari libur selalu mendapat orderan untuk design interior atau exterior di rumah pribadi atau perkantoran. Pagi tadi kebetulan ada yang menelpon, untuk ketemua di komplek daerah bekasi. Kebetulan ada orang yang baru membeli rumah dikomplek tersebut. Orang tadi ingin didesignkan sebuah karport dan taman yang minimalis agar enak dipandang mata, dan sejuk untuk bercengkrama bersama keluarganya.
Aku pun segera berangkat dengan beberapa perlengkapan perang untuk survei. Si putihpun sudah siap dengan gagahnya terpampang didepan bunker utama. Tak berapa lama persiapan pun usai, aku pun langsung tarik jabrik ke bekasi.
Beberapa jam kemudian, aku sampai didaerah bekasi aku dijemputnya untuk menuju ke rumah barunya. Sesampainya dirumah aku langsung persiapan seperti biasa, meteran, kertas, papan drawing dan bolpoin. Aku langsung ukur sana ukur sini coret sana coret sini di selembar kertas di atas papan drawing. Sebuah design sederhana tercipta dari ukuruan taman dan carport yang sudah ada.
Kami pun berdiskusi agak lama untuk jenis material yang akan digunakan, supaya mengehamat dana dan terlihat elegan meskipun sederhana. Selang beberapa waktu design pun sudah tercipta untuk beberapa penawaran yang aku ajukan supaya aku bisa langsung design drawing ke bunker utama.
Sebelum pulang aku di ajaknya makan di sebuah tempat makan yang tak jauh dari rumah yang baru aku survei. Tak pakai basa basi lagi aji mumpung, ane di tawarin ini itu ok aja. Setelah selesai makan siang, orang tersebut mengajakku untuk langsung survei material yang akan dipergunakan untuk carport dan tamannya. Tempat dan alamat sudah aku kantongi, orang tersebut bilang nanti dia menyusul. Dengan agak berpikir sambil meleng sana sini nyari alamat toko bangunan tersebut. Dan sampailah aku di toko material tersebut, pesan orang tadi aku langsung di suruh masuk. Tapi aku tak mau masuk dulu toh nanti di dalam bakalan ditanya-tanya sama SPG, males banget jawabnya kalau masih nunggu orang.
Akupun menunggu diparkiran motor, sambil menguyah permen karet yang sudah aku persiapakan agar tak BT saat nunggu. Satu jam pun berlalu, aku hanya tolah toleh di parkiran yang agak lumayan luas, hampir satu bungkus permen karet sudah aku kunyah. Tapi orang tersebut tidak kunjung datang, "ahh.. mungkin kena macet" pikirku dalam otak.
Keringnya tenggorokan membuatku untuk clingak-clinguk kesana kesini, dan akhirnya ku lihat sebuah warung kecil di pojokan tempat parkir. Aku tak sadar ternyata dari tadi ada beberapa polisi berpakaian preman yang sedang mengintai aku, "maklum tampang teroris".
My self : Mbak, ada minuman dingin, tanyaku sambil tolah toleh nyari kotak yang biasanya berwarna biru.
Penjual : Ada mas, itu didepan. terdengar dengan nada agak sumbang.
Sebotol air mineral aku ambil dari kotak yang bercampur dengan bongkahan es batu, yaa lumayan dingin.
My self : Berapa pak..?? tanyaku pada penjual.
Penjual : Tidak usah mas, ambil saja.
My self : Lhoo kan saya beli mbak, kok ngaa usah bayar.
My self : Lhoo kan saya beli mbak, kok ngaa usah bayar.
Penjual : Maaf mas warung mau saya tutup.
Akupun heran dengan jawaban penjual tadi, memangnya ada apaan yaa..?? tanyaku dalam hati. Tanpa pikir panjang aku langsung kembali lagi ketempat dimana si putih aku parkirkan. Perasaan yang tidak enak membayang-bayangi ku sampai ke tempat parkir. Aku segera meminum air mineral yang gratis barusan, ahh.. lumayan hidup gratis untuk hari ini. Aku masih belum sadar karena di sekelilingku ternyata sudah ada polisi yang berpakaian preman yang setiap saat bisa menyergapku.
Sebotol air sudah habis aku minum, aku bermaksut untuk membuang botol air tadi ke tempat sampah. Aku pun kaget saat 2 orang mendatangiku dan langsung memegang tanganku, mereka bilang untuk ikut ke pos. Aku hanya bisa bertanya-tanya dalam benakku,"ada apa ini sebenarnya apa salahku..??".
Polisi 1 : Tolong perlihatkan kartu tanda pengenal anda..!!
My self : Ku keluarkan sebuah dompet dari tas pinggang. Dan menyerahkannya pada polisi.
Polisi 2 : Tolong keluarkan semua isi dalam tas anda..!!
My self : Dalam hati aku berpikir,"dikira ane teroris neh gara-gara nunggu diparkiran ampe 2 jam". Aku pun mengeluarkan semua isi dalam tas ransel ku, ada laptop, meteran, kertas-kertas design dan beberapa alat ukur lainnya.
Polisi 2 : Alat apa ini, untuk apa kegunaannya..!!
My self : "Polisi koplak.." dalam hatu ku mengumpatnya. Ini alat untuk ukur ketinggian bangunan pak.
My self : "Polisi koplak.." dalam hatu ku mengumpatnya. Ini alat untuk ukur ketinggian bangunan pak.
Polisi 1 : Untuk apa anda membawa alat-alat ini dalam tas anda..!!
My self : "Wahh.., bahaya ini kalau ngaa tak selesaikan bisa cilaka 21". Dalam hati aku bicara sambil bercucuran air keringat dingin dari kening.
Aku langsung mempraktekkan semua alat yang aku bawa, didepan 2 polisi OON yang salah tangkap. Semua sudah aku praktekkan didepan mereka sampai aku kelelahan karena beberapa kali mengulanginya karena permintaan polisi OON tersebut.
Polisi 1 & 2 : Maaf pak kami salah menduga, saya kira anda segerombolan teroris yang akan menaruh bom dipusat perbelanjaan bahan bangunan.
My self: Dengan nada sinis dan memukul meja, aku langsung sekejap agak marah. "Maksut bapak apa, saya ini mau belanja tapi saya menunggu orang yang mau membeli peralatan untuk carport dan tamannya. Malah bapak menangkap saya. Aku marah dengan nada tinggi sampai-sampai terdengar dari luar pos keamanan setempat. Saya bisa menuntut bapak berdua kalau begini cara bapak menangkap orang, seharusnya bapak bertanya terlebih dahulu.. bukan asal tangkap ini sama saja menjatuhkan nama baik saya.
Kedua polisi tersebut langsung meminta maaf padaku, dan mengembalikan KTP yang dimintanya tadi. Aku hanya bisa marah dan marah pada meraka, tapi ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur semua sudah jelas apa yang terjadi. Aku hanyalah manusia biasa yang takut akan dosa jika memendam rasa dendam yang berkepanjangan. Akupun memaafkan mereka berdua, Allah maha pengampun kenapa tidak bagi umatnya.
Aku langsung meninggalkan pos polisi dengan agak memasang muka kusam gara-gara diintrogasi hampir satu jam lebih. Tak lama kemudian pemilik rumah pun datang dan meminta maaf karena terjebak macet yang panjang. Setalah itu kami langsung memasuki area perbelanjaan tersebut dan memilih milih beberapa jenis bangunan yang ada.
Setelah selesai hunting beberapa jenis material yang ada dalam toko bangunan tersebut aku langsung berpamitan untuk pulang ke bunker utama. Dengan hati kesal gara-gara salah tangkap 2 polisi koplak yang tidak mau bertanya terlebih dahulu.
"Mungkin semua orang melihatku dengan sebelah mata, akan tetapi sebuah seni itu harus diawali dari diri sendiri bukan dari orang lain. Penampilan amburadul, rambut gondrong berkuncir dan agak kemerahan membuat beberapa orang geram akan penampilan. Penampilan seseorang bukan mencitrakan sebuah keburukan diorang tersebut melainkan menunjukkan sebuah seni yang beda dari pada anak punker yang dijalanan yang tanpa mandi hingga beberapa minggu, bulan atau mungkin sampai 1 tahun."
Akupun langsung tarik jabrik dengan si putih menuju bunker utama, untuk menyelesaikan sebuah design sesuai dengan kesepakatan.
Sekian dan wassalam..
Cikarang, 25 September 2011
2 komentar:
20 Desember 2011 pukul 09.28
wkwkwkwkwkwkwk
20 Desember 2011 pukul 10.19
waduhh..
jgn kenceng² klo ktawa,,
Posting Komentar
alangkah baik'y bila anda meninggalkan jejak dibawah ini..!!