WeLcOmE CoMrAdE
Save The World Today
____Enjoy Your Live Today *BECAUSE* Yesterday Had Gone And Tomorrow May Never Come____
continue like this article, although the road is full of obstacles and temptations

Penyesalan Untuk Pilihan

| Rabu, 21 Desember 2011 | |
"Bundaaaa.., Bundaaa.., jangan pergi Bundd.., tunggu Tya..!!" teriak Tya saat terbangun dari tidurnya.

Tersentak kaget, Tya pun tersadar dari mimpinya. Jantungnya berdetak dengan kencang. Dalam beberapa hari belakangan hari ini wajah Almh Bundanya sering muncul dalam mimpi Tya.

"Fughhtt!! hmm.., ternyata hanya mimpi." pikir Tya dalam hati.

Keringat terlihat membasahi kening Tya, dia hanya termenung terlihat ada kesedihan yang mendalam sejak Tya di tinggalkan oleh Bunda tercintanya beberapa tahun yang lalu. Setelah Bundanya meninggal, kehidupan Tya dan Ayahnya berubah drastis. Ayahnya menjadi pengangguran dan sering mabuk-mabukan setelah tempat kerjanya bangkrut, Ayahnya sekarang menjadi orang yang pemarah. Sering kali terdengan Tya dan Ayahnya bertengkar, Tya memang akan tunggal dalam keluarganya. Terlhatlah betapa sepinya kehidupan Tya setelah kepergian Bundanya.

"Bundaa.., kenapa harus tinggalin Tya sendirian..??! Tya kangen banget sama Bunda, Tya ingin sekali ketemu sama Bunda..!!" pikir Tya dalam hati.

(Air matanya tampak membasahi pipinya.)

"Hikss..hiks.., kenapa Bunda begitu cepat ninggalin Tya sendirian..??!"

Tya kembali termenung, pikirannya sangat kacau malam ini. Karena hampir setiap hari selalu bertengkar dengan Ayahnya, akibat kebiasaan baru Ayahnya yang menjadi pemabuk dan pejudi itu.

(Sesaat kemudian ia pun membaringkan tubuhnya kembali ketempat tidur.)

"Besok aku ada janji dengan Faris, aku harus cepat-cepat tidur dan bangun pagi-pagi. Semoga saja besok akan ada kabar gembira buatku." pikir Tya dengan penuh harap.

Tanganya kemudian menyapu airmata yang tersisa dipipinya, sesaat kemudian Tya pun tertidur pulas kembali. Meskipun masih menerawang jauh di antara kegelapan malam.

(Ke esokan harinya.)

"Dukk..dukk..dukk.." suara keras dari balik pintu kamar Tya terdengar keras hingga membuatnya terbangun. Dibalik jendela terlihat sinar matahari yang sudah muncil. Tya lalu mengusap matanya yang terlihat masih mengantuk. Sesaat kemudian terdengar lagi suara gedoran pintu dan diikuti suara yang kasar.

"Dukk..dukk..dukk.. Tya buka pintunya..!! Ayah mau bicara sama kamu..!!" bentak Ayahnya dibalik pintu kamar Tya.

"Cepat bukakan pintunya..!! atau Ayah dobrak pintu kamarmu..!!" kata Ayahnya yang sudah mulai mengeluarkan kata ancaman padanya. Tya pun segera membenahi pakaiannya. Sebelum membukakan pintu, Tya menarik nafas panjang dalam-dalam supaya pikirannya agak tenang.

Beberapa saat kemudian pintu kamar itu terbuka. Dari balik pintu terlihat wajah Ayahnya yang tampak marah sekali. Nafasnya mengendus-endus tanda emosinya sudah memuncak.

"Kamu sengaja yaa tidak membukakan pintu kamar mu..!! Kamu mau melawan Ayah, Haaaahh..!!" bentak Ayahnya sambil mengangkat tangan kanannya.

"Tampar saja Yah..!! Tya sudah siap kok. Kalau Ayah masih belum puas dengan tamparan yang semalam." jawab Tya dengan lantang. Matanya dengan tajam menatap Ayahnya yang kian emosinya memuncak ketika mendengar jawaban dari Tya.

"Ayah butuh uang buat beli minuman lagi..!!" bentak Ayahnya sembari menurunkan tanganya yang terangkat.

"Tya sudah ngaa punya uang lagi Yah. Lagian kan kemarin-kemarin uang baru saja Tya kasih ke Ayah." jawab Tya sedikit menahan emosinya karena sudah capek bertengkar dengan Ayahnya.

"Udahh habiss..!" jawab Ayahnya singkat.

"Jangan bohong kamu..!! Cepetaaannnn..!!! Manaa Uangnyaa..!!" bentak Ayahnya yang sudah tidak sabar lagi.

"Beneran ngaa ada Yah..!! Periksa saja dompet dan kamar Tya kalau Ayah ngaa percaya..!!" sambil tangan Tya memepersilahkan Ayahnya untuk memeriksa kamar Tya.

Ayahnyapun mendorong tubuh Tya dan masuk ke dalam kamarnya. Segala benda yang di temukan dilempar-lemparnya begitu saja. Dalam sekejap kamar itupun berubah menjadi berantkan tak karuan. Tya hanya terdiam melihat tingkah laku Ayahnya itu. Tya mencoba untuk menahan airmatanya yang mulai keluar. Hatinya terasa sakit sekali saat melihat Ayahnya yang tak seperti dulu lagi.

"Mana dompetmu..!!" bentap Ayahnya dengan nada kesal.

"Itu ada di atas meja..!!" jawab Tya singkat.

Ayahnya pun beranjak dai tempat tidur dan menuju ke arah meja yang di tunjuk oleh Tya. Di ambilnya dompet itu, semua isinya dia keluarkan. Didalamnya hanya ditemukan selembar uang 20ribu saja.

"Cuma segini aja..!! jangan bohong kamuu..!! mana yang lainya, berikan sama Ayah..!! dengan nada ancaman ke Tya.

(Tya hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun.)

"Awass yaa..!! kalau Ayah temukan selain ini tau rasa kamu nanti..!!" jawabnya singkat sambil matanya terus memperhatikan seluruh isi kamar Tya.

Tak berapa lama kemudian Ayahnya pun pergi meninggalkan Tya begitu saja. Seketika itu pun airmata Tya mengalir dengan derasnya membasahi kedua pipinya. Tubuhnya terasa lemas dan akhirnya terjatuh. Tya terduduk bersandarkan titian ditempat tidur, dengan pikiran yang kacau.

"Bundaaa..., sampai kapan harus seperti ini terus..?? Tya udah ngaa tahan lagi Bundaa..!!" kata Tya dengan suara suraunya. Tapi hanya angin sepilah yang terhembus menghampirinya.

(Beberapa saat kemudian Tya pergi ke sebuah taman..)

Suasana taman siang ini kelihatan sepi sekali. Padahal hari ini adalah hari minggi, tidak seperti biasanya.

"Ahh.., mungkin karena cuaca mendung kali yaa..?? Jadi sepi kayak gini..!!" pikir Tya yang duduk diantara bangku-bangku taman.

Matanya menatap kesana kemari, tampaknya dia menunggu seseorang. Kebetulan siang ini Tya sudah janjian dengan pacarnya Faris di taman ini. Tanpa sadar Tya pun melamun panjang. Entah apa yang dipikirkannya, hanya dia yang tahu, dan..!!

"Heyy.., melamun aja.." diikuti dengan terkejutnya Tya yang tersadar dari lamunannya.

"Kamu bikin kaget saja Ris.., kemana saja kamu baru muncul jam segini..!!" tanya Tya pada Faris.

"Soirr, tadi ada urusan kantor sebentar.., oyaa.. kamu sudah makan atau belum sayang..?? tanya Faris sambil mengalihkan pembicaraan. Wajahnya terlihat serius sesekali, terkadang tersenyum pada Tya.

"Ngaa, aku ngaa lapar kok..!!" jawab Tya dengan suara berat. Wajahnya menunjukkan suasana yang sedang mengalami permasalahan yang amat sangat berat.

Tiba-tiba tangan Faris memegang tangan Tya. Dipegangnya erat-erat tangan yang mungil dan lembut itu.

"Kamu pasti habis bertengkar lagi dengan Ayahmu yaa..?? Kamu yang sabar yaa.., mungkin Tuhan sedang memberikan ujian buat kamu.., dan pada akhirnya nanti Dia akan memberikan hikmah yang terbaik buak kamu sayang..!" wajah Tya hanya tertunduk mendengar nasehat Faris, tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutnya. Faris terus menatap Tya dengan penuh senyum, berharap kekasihnya menemukan kembali semangatnya yang hampir habis itu.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua hanya bisa terdiam. Lalu Faris mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah amplop berwarna coklat, dan di sodorkannya kepada Tya.

"Nih ambil.., pasti kamu sangat membutuhkannya..??" kata Faris sambil tersenyum. Tya hanya tertegun melihatnya, lalu diterimanya amplop itu dengan kedua tangannya.

"Maafkan aku yaa sayang, aku sudah banyak merepotkanmu.., aku janji kok, kalau nanti aku sudah punya uang pasti akan aku ganti..!!" jawab Tya di iringi dengan anggukan Faris.

"Sudahh, jangan dipikirkan cara bayarnya.., kapan-kapan aja ngaa apa-apa kok, lagian aku juga ikhlas ngasihnya ke kamu sayang."

Terlihat binar matanya memandang wajah Faris dengan pekat. Senyum dan kesedihan menjadi satu dalam diri Tya. Disatu sisi ia merasa tak enak hati karena telah merepotkan kekashnya itu, akan tetapi disisi lain ia tak punya pilihan lain lagi.

"Heyy.., kenapa kamu diam..!!" tangan Faris memeluk pundak Tya dan matanya memandang Tya penuh senyum.

"Sekali lagi terimakasih yaa sayang. Aku janji kalau sudah punya uang akan aku ganti uang kamu..!!"

Setalh itu kedua insan manusia yang sedang dimabuk asmara itu hanya terdiam membisu menemani awan yang kian gelap, dan haripun semakin sore. mereka pun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

"Dari mana saja kamu..!!" wajahnya tampak penuh amarah memandang Tya.

Tya hanya menoleh sebentar lalu tampak acuh membiarkan begitu saja sesosok pria separuh baya yang bertanya kepadanya tadi, dan melangkah menuju kamarnya. Melihat tingkah laku Tya membuat amarahnya semakin memuncak dan dihampirinya anak semata wayangnya itu, lalu tiba-tiba..

"Awww.. sakit Ayah..!!" ditariknya rambut Tya yang panjang sebahu itu dengan kuat oleh Ayahnya.

Tya hanya bisa meringis menahan sakit. Lalu diambilnya dengan paksa tas Tya, wajahnya berubah gembira setelah menemukan sebuah amplop berisi uang pemberian Faris tadi. Dengan cepat Tya langsung menghampiri sang Ayah tercinta dan berusaha merebut amplop itu kembali. Tapi sebuah tamparanlah yang ia terima dari sang Ayah. Tya pun terjatuh, kan tetapi tanganya masih sempat meraih kaki sang Ayah untuk menahannya yang hendak pergi membawa amplop tadi.

"Jangan Ayah, itu Tya pinjam dari Faris..!!" pinta Tya sambil memegangi kaki sang Ayah.

"Perduli setan..!! mau dari Faris kek, dari siapa kek Ayah ngaa perduli..!!" jawab Ayah dengan lantang.

"Hahaha.. akhirnya malam ini aku bisa minum-minum sepuasnya..!!" kata sang Ayah.

"Ayah.., jangan di ambill yahh..!! itu buat kehidupan kita sehari-hari..!!" Tya memegang erat kaki Ayahnya dan memohon agar Ayahnya mengurungkan niatnya itu. Akan tetapi tanpa pikir panjang lalu didorongnya tubuh Tya hingga akhirnya ia tersungkur ke lantai.

"Kamu sama saja dengan Bunda mu itu, lebih baik kamu susul saja itu Bunda mu ke akherat..!!" dengan tertawa keras akhirnya ia pergi begitu saja meninggalkan Tya yang tersungkur dilantai. Akhirnya Tya pun menangis, ia tak bisa lagi menahan emosinya.

"Ayahh jahaaattt...!!" teriak Tya dengan sekuat tenaga diikuti keheningan malam yang datang.

Beberapa saat kemudian Tya meraih gagang telpon dan menelepon Faris, saat itu ia Faris akan beranjak tidur. Lalu segeralah diangkatnya telpon itu.

"Riss.., ini aku Tya..!!" jawab Tya dengan suara yang berat.

"Oohh kamu Tya.., tumben malam-malam kamu telpon..?? kamu kenapa Tya, ada masalah lagi dengan Ayah kamu yaa..?" tanya Faris.

"Ngaa kok Ris, aku baik-baik saja kamu ngaa usah khawatirkan aku..!!" jawab Tya, tapi dalam hati tetap saja Faris perduli dengan kekasihnya itu.

Hingga beberapa saat, keduanya terdiam dan akhirnya Tya kembali membuka pembicaraan.

"Riss.., terima kasih banyak yaa, karena selama ini aku punya masalah pasti kamu selalu support aku. Aku ngaa tau lagi harus ngomong apa lagi sama kamu selain kata-kata itu..!" jawab Tya yang sedari tadi meneteskan airmata.

"Kamu bicara apa sayang..??  Aku jujur ngaa mengerti maksut kamu..??" Faris mulai bertanya-tanya dalam hatinya.

"Ngaa kok, aku cuma pengen ngomong aja kekamu..!!" sambil menahan tangis dan kesedihan yang di alami saat ini.

Suara Tya tampak terbata-bata mengucapkan kata-kata yang membuat Faris menjadi heran akan sikap Tya. Suasana kembali hening sesaat keduanya terdiam tanpa ada sepatah katapun yang dikeluarkan.

"Riss, aku.. aku.. aku sayang banget sama kamu..!!" tiba-tiba telepon mereka langsung terputus begitu Faris mendengar kata sayang yang terucap dari mulut Tya.

Faris pun mencoba untuk menelepon balik tetapi tidak ada jawaban, tampaknya telepon Tya telah nonaktif. Faris jadi berpikir sendiri tentang Tya, rasa khawatir dan cemas seakan menghantui perasaannya.

"Riss.., maafkan aku yaa..!!" ucap Tya dalam hati saat menutup telepon itu.

***

Udara dingin mulai menyelimuti pagi ini, dari kejauhan tampa sesosok tubuh yang berjalan gontai menuju rumah Tya. Ternyata itu Ayah Tya yang sendari malam tidak pulang, tampaknya berjalan dalam keadaan mabuk berat. Dia berjalan memasuki rumah itu tanpa berkata apapun, mata sayunya berusaha menuju pintu kamar Tya.

"Dukk..,dukk..,duk.., Tya.., Tyaa.. buka pintunya..!!" seperti biasa kata-kata kasar sesekali keluar dari mulutnya, akan tetapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Tyaa..!!! bukaaa pintunya..!!" suaranya mulai meninggi, emosinya mulai timbul dan didobraknya pintu itu hingga terbuka. Suasana kamar terlihat sangat gelap sekali.

"Tya.., dimana kamu..!! jangan sembunyi, cepat keluar..!!" teriak sang Ayah saat memasuki kamar Tya. Dan tiba-tiba.. raut wajahnya berubah seketika, sorot matanya tertuju pada sudut ruangan. Disitu terlihat sesosok tubuh yang tergeletak lemas hampir tak bernyawa. Ia mendekatinya dengan perlahan, dipandanginya sesosok tubuh itu yang ternyata adalah Tya putri satu-satunya. Seketika emosi yang tadinya memuncak, sekarang berubah, badannya terlihat gemetaran dan tak bisa bergerak sedikitpun.

"Tya.. Tya.. Tyaa..!!" katanya dengan terbata-bata, terduduk dan memegangi tangan Tya dan wajahnya, sambil meneteskan airmata.

"Tya.. Tyaa.. Bangun Tyaa..!! ini Ayahhh..!!" digerak-gerakkannya tubuh Tya, tapi tidak ada jawaban. Sekujur tubuh Tya bersimbah darah yang keluar dari lengan tangan kirinya yang sudah terpotong urat nadinya. Darah segarpun mengalir membasahi lantai kamar itu.

"Tyaa.. Tyaa.. Bangun Tyaa..!! jangan pergiii...!! pinta Ayahnya dengan suara bergetar.

"Arrgghhhh...!!" dipukulnya lantai kamar hingga beberapa kali sebagai tanda sebuah penyesalan yang sangat amat.

"Ayah yang salah Tya..!! Ayah yang salahh..!! seharusnyaa.. seharusnyaa...." sesalnya tanpa bisa menjelaskan lebih panjang. Dibenamkannya wajah ketubuh Tya, terdengar suara tangis tiada henti.

"Tyaa..!! Bangun sayanggg..!! jangan tinggalkan Ayah sendiriaaann..!!" tak habis-habisnya ia berkata tak karuan.

Tiba-tiba tangan Tya memegang Ayahnya, Ayah Tya tampak kaget begitu tahu bahwa ternyata tangan Tya membelai lembut rambutnya. Dilihatnya wajah Tya yang tengah sekarat itu terlihat tersenyum kepadanya, antara senang dan sedih yang bercampur menjadi satu, dibelainya wajah Tya.

"Ayahh.. Ayah ngaa salah kok..!!" terucap kata-kata surau dari mulut Tya, matanya hanya bisa memandangi wajah Ayahnya dengan tersenyu,.


"Tya.. Tyaa kangen sama Bunda, Ayah..!! Tya ingin ketemu sama Bunda..!!" jawab Tya dengan suara terbata-bata.

"Iyaa sayang.. Ayah yang salah.. semua karena salah Ayah...!!" kata Ayah Tya sambil terbata-bata.

"Ngaa.. Ayahh.. Ayahhh ngaa salah kok..!! jawab Tya dengan suara terbata-bata.

"Ayah adalah orang yang penuh tanggung jawab pada Bunda dan juga Tya..!! Tya mau Ayah Tya yang seperti dulu lagi..!!" kata Tya sambil terbata-bata.

"Ayah janji.. mulai hari ini Ayah akan berubahh..!! berubah demi putri kecilku..!!" dengan mata yang berbinar-binar sambil memegang erat tangan Tya.

"Iya.. iyaaa.. Tya percaya kok..!!" jawab Tya yang terlihat pucat.

"Iyaa.. Ayah janji..!! Ayah janji..!! kita akan memulai kehidupan dari awal lagi yaa sayang..!! Mulai besuk..!! Ayah akan cari kerja, buat menghidupi kebutuhan sehari-hari kita sayang..!!"

Tya hanya tersenyum mendengar perkataan dari sang Ayah. Sesekali airmatanya mengalir membasahi pipinya, Tya sangat bahagia melihat perubahan drastis Ayahnya itu. Ia seakan melihat sesosok pria yang ia kenal dulu sebelum Bundanya meninggal.

"Ayahh.. jaga diri Ayah baik-baik yaa..!!" seketika suara Tya berhenti, kesadarannya tiba-tiba menghilang, tangan yang sedari tadi memegang erat tangan Ayahnya pun lemas seketika.

"Tidaaaaaaa...kk.. bangun Tya.. banguuunn.. Tyaaaa.....!!" teriak sang Ayah tak karuan dengan meneteskan airmatanya.

***

"Hallooo Fariss.. Fariss.. ini aku Dinda..!!" jawab Dinda dengan tergesa-gesa.

"Ada apa Din..?? kok kelihatanya penting banget sampai pagi-pagi gini telpon aku..!!" jawab Faris dengan terheran-heran.

"Tya.. Tyaa Riss..!! Tyaaa..!!" hanya kata-kata itu yang terucap dari Dinda.

"Iya.. Tya kenapa Din..?? jawab yang jelas donk..!!" jawab Faris yang terlihat penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Tya.

"Tyaa.. Tya meninggal Riss..!! Tya meninggall..!!" jelas Dinda pada Faris.

Bagai petir yang menyambar tubuh Faris dipagi hari. Faris pun tak kuasa menahan airmatanya, tubuhnya langsung menjadi lemas saat mendengar kabar dari Dinda. Gagang telepon yang dipegangnya terlepas menghempas kelantai. Kekhawatiran yang ia rasakanpun menjadi kenyataan, ia langsung terduduk dilantai diikuti tangis dan sebuah penyesalan yang amat sangat dalam ketika mendengar berita kematian Tya kekasihnya.

"Riisss..!! Fariss..!! kamu ngaa apa-apa kan..??" tanya Dinda hingga berulang-ulang kali ditelepon.

"Aku ngaa apa-apa kok Din..!!" kali ini suara Faris terdengar surau tanda ia sangat terpukul akan apa yang meninpa dirinya. Dengan bergegas ia segera menuju ke rumah Tya, ditemani oleh Dinda yang juga menjadi sahabat baiknya Tya.

***

Beberapa saat kemudian, suasana pemakaman mulai sedikit ditinggalkan oleh para pelayat yang ikut mengiringi kepemakaman Tya. Cuaca terlihat mendung tanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

"Riss.., aku tunggu dimobil yaa..!! kamu yang sabar.. mungkin Tuhan punya jalan sendiri buat Tya. Semoga ia tenang dialam sana." jelas maya memberi semangat kepada Faris.

"Iya Din, makasih banyak yaa..!!" jawab Faris singkat.

Dinda pun meninggalkan Faris seorang diri, didekatinya gundukan tanah yang masih merah dan bertaburkan bunga itu. Terlihat Ayah Tya duduk dengan tangan memegang erat batu nisan yang tertuliskan nama Tya. Faris pun mendekatinya dan duduk berada disamping pria separuh baya itu.

"Omm.. Faris turut berduka cita atas kepergian Tya..!! Tya itu anak yang tegar dalam menghadapi masalah dan Faris sangat sayang sama Tya. Faris ikut sedih atas kepergian Tya om..!!" kata Faris dengan suara lirih. Ayah Tya menoleh dengan diikuti senyum kecil kearah Faris, ditepuknya pundak Faris.

"Sama-sama nak Faris.., Tya pasti juga sangat sayang sama nak Faris..!! seharusnya om yang ada didalam kubur ini, bukan Tya." sesalnya sambil memegang erat batu nisan itu diiringi tangisan. Ayah Tya lalu mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja hitamnya.

"Nak Faris.., ini kata-kata terakhir yang sepertinya ditulis Tya sebelum ia meninggal, mungkin ini ditujukan buat kamu nak.., terimalah..!!" jelas Ayah Tya.

Diserahkannya sepucuk kertas putih itu kepada Faris, kemudian ia berdiri dan melangkahkan diri meninggalkan Faris, tampak dari kejauhan suara isak tangisnya terdengar tiada henti.

***

Butiran-butiran air sedikit demi sedikit mulai berjatuhan ke atas tanah, tampaknya hujan akan segera turun. Faris masih saja terpaku dengan kenyataan ini, dipandanginya batu nisan Tya, dipegangnya erat-erat sesekali ia pun menciumnya.

"Seandainya.., malam itu aku ada disana.. aku.. aku pasti tidak akan biarkan semua ini terjadi pada kamu sayang..!!" sebuah ungkapan penyesalan dari dalam hati Faris yang terucap. Lalu dibukanya lipatan sepucuk surat yang diberikan oleh Ayag Tya kepadanya, dan membacanya.


Dear Faris..

Maafkan aku sayang, aku tidak bisa menjadi yang terbaik buat kamu. Kamu pasti marah dengan apa yang aku lakukan ini. Tapi.., aku sudah ngaa punya pilihan lain lagi sayang. Aku bosan dengan kehidupanku ini. Aku ingin sekali bisa bebas..!! bebas lepas seperti burung merpati yang terbang tinggi di awan. Meskipun tindakanku ini mungkin salah menurutmu.

Riss.., selama ini kamu telah banyak membantu aku dan keluargaku, dimana saat aku sedih dan senang kamu selalu ada buatku. Aku senang sekali Ris, kamu memberikan warna-warni dalam hidupku didunia ini.. mudah-mudahan kamu mau memaafkan aku. Mungki suatu saat nanti kita akan disatukan lagi. Yaa.., suatu saat nanti dan aku pasti akan menunggu hari itu tiba..!!

Love you.. 
Tya



Hati Faris pun seperti teriris tipis-tipis saat ia membaca surat itu. Airmatanya menetes membasahi kertas yang dipegangnya itu, dengan sekejap ia langsung memeluk gundukan tanah yang masih merah dan bertaburkan buang itu, didekapnya erat-erat seakan-akan Tya yang ada dalam dekapannya.

"Tya.., kamu bodohh.. kenapa kamu lakukan hal sebodoh ini..!! kamu pasti sadar bahwa perbuatanmu ini tidak akan menyelesaikan semua permasalahan yang kamu hadapi.. benarkan Tya..??" sesal Faris diiringi dengan tanganya yang memukul-mukul tanah.

"Percuma.. percuma aku menangis.. percuma aku menyesali semua ini.. semua ini tak akan bisa mengembalikanmu lagi padaku..!!"

"Tya.. aku janji..!! aku juga kaan menunggu hari itu tiba.. dan sampai kapanpun cinta ku ini tak akan pernah pudar untukmu..!!"

"Semoga kamu tenang dialam sana sayang..!!" Faris pun mengakhiri pembicaraanya dan berdiri perlahan, ia pun mulai meninggalkan Tya seorang diri dilubang yang gelap itu diiringi dengan hujan turun yang mengiringi kepergian Faris dari tempat Tya tidur untuk selamanya.


Cikarang, 22 Desember 2011
HaNz UkhitaShiwa
http://dodotkecil.blogspot.com/

5 komentar:

Anonim Says:
22 Desember 2011 pukul 15.47

cerita yang sangat metal(melow total)

ViTa_ViTy Says:
22 Desember 2011 pukul 22.22

baguus... tapi kasiannya Tya... :'(

DoDoT_KeCiL Says:
22 Desember 2011 pukul 22.23

tererengkyu³..
nantikan cerita selanjutnya.. yuhuu..

Anonim Says:
25 Desember 2011 pukul 11.08

mengharukaannnnn..... :(

DoDoT_KeCiL Says:
26 Desember 2011 pukul 19.55

tapi ngaa sampe nangis kan..

Posting Komentar

alangkah baik'y bila anda meninggalkan jejak dibawah ini..!!

Masukkan email untuk update:

Delivered by FeedBurner

DoDoT_KeCiL_MaSiH_YaNg_DuLu