WeLcOmE CoMrAdE
Save The World Today
____Enjoy Your Live Today *BECAUSE* Yesterday Had Gone And Tomorrow May Never Come____
continue like this article, although the road is full of obstacles and temptations

Hidup oOh Hidup

| Kamis, 22 April 2010 | |
Matahari hampir terbit sempurna saat kami duduk berdampingan dipondokan itu. Aku banyak membaca cerita bahwa pemandangan seperti ini mempunyai kesan indah dan romantis. Tapi sungguh aku tidak bisa melihat ada kesan romantis sama sekali dengan pemandangan yang ada didepanku ini. atau kami terlalu sibuk dengan kesusahan dan pikiran kami masing masing. Aku dan beberapa pengungsi lainnya sudah terlalu letih dan sedih dengan kejadian yang menimpa kota kami.
Tidak beberapa lama yang lalu sebuah getaran hebat terasa didaerah kami. Saat itu aku dan istriku sedang berada didalam rumah menikmati waktu istirahat kami dari aktifitas sehari hari. Bahkan kami sedang bercumbu diruang tamu saat getaran itu begitu terasa kedalam tubuh kami. Sesaat aku mengira cinta yang begitu besar kepada istriku membuat tubuhku dan tubuhnya bergetar. Seperti malam pertama bulan madu dulu gitu deh. Setelah istriku mendorong tubuhku kebelakang membuatku terjatuh dari sofa baru aku menyadari arti lain dari getaran itu.
“kang,keknya ada gempa deh..” ucap istriku sambil menatap kelangit langit rumah.
“hah...ahhh..lagi asyik asyiknya..” aku juga menyadarinya tetapi berusaha menenangkan wajah istriku yang pucat. Aku merasakan perasaan yang tidak enak.
“serius atuh kang..ampe terasa ketulang nih..” istriku lalu merangkak kearahku dan memeluk tubuhku dilantai.
“mungkin hanya gempa kecil..tenang saja raden ayu..muaah” ucapku sambil balas memeluk istriku dan menciumnya dikening. Walau perasaan tidak enak didalam hatiku semakin besar. Entah karena kondisi yang tergantung atau memang firasat buruk bahwa kejadian buruk akan menimpa.
Getaran itu telah hilang dan sepertinya suasana juga begitu hening. Jika ada sesuatu maka tentunya tetangga tetangga kami juga pasti akan memperingatkan. Tapi saat itu malam hari, dan bagi beberapa orang yang sudah terlelap tentunya tidak akan menyadari gempa itu. Malah beberapa pasangan yang sedang asyik tentu malah makin menikmati persenggamaan mereka dengan getaran tambahan itu, jika kamu mengerti maksudku. Aku merasa jengkel dengan kejadian alam ini, apa gak bisa nunggu setelah aku selesai sayang sayangan dengan istriku ini.
Kami belum lama menikah, alias pengantin muda kalau orang bilang. Jadi mungkin otakku masih berada didaerah kawasan bagian kelamin saja. Wajar kan bagi seorang lelaki muda yang menjaga dirinya sampai menikah lalu menikmati surga dunia yang diberikan Tuhan. Lalu gak ada salahnya jika aku menikmati setiap waktu bersama pasanganku bercinta dan bercinta. Oke, aku merasa gak objektif dalam hal ini. sekarang ada gempa dan wajah istriku pucat, hai lelaki aku menunjuk kepada diriku sendiri bertanggung jawablah memberikan perlindungan kepada istrimu.
Aku mengangkat tubuhku untuk berdiri dan memapah istriku berjalan kepintu depan rumah kami. Setelah kami berdiri diteras rumah kami menatap daerah sekeliling dan memperhatikan rumah tetangga. Beberapa orang terlihat berdiri diluar rumah. Sepertinya merasa khwatir seperti istriku saat ini. Aku berteriak kepada seorang lelaki yang berada dibelakang pagar sebuah rumah didepan kami.

“pak..gempa ya...” ucapku dengan nada sedikit keras tapi masih sopan.
“iya sepertinya..” jawabnya sepertinya lelaki itu masih merasa bingung.
“penghuni rumah suruh keluar aja pak...jangan ada yang didalam..siapa tau ada gempa susulan..” teriakku kembali memperingatkan.
“oh iya..bu bu..si adi masih tidur keknya...bangunkan bu..” ucapnya bergegas kepada istrinya.
“lah itu tugas bapak lah...masak ibu...gak mau ibu..bapak masuk sana..” jawab istri lelaki itu dengan wajah sebal.
“oh iya ya...maaf maaf bu...abis panik aku..” jawab suaminya salah tingkah.
“dasar...” jawab istrinya sambil melengus masuk mengikuti suaminya dari belakang masuk kedalam rumah.
“kang...apa benar nanti ada gempa susulan?.” Tanya istriku kepadaku dengan tangannya menggengam erat pergelangan tanganku.
“aduh...aku gak tau raden ayu..tapi jika kamu gak berhenti nyakitin tanganku..nanti dikamar kita ada gempa yang lebih hebat yang akan kamu alami” ucapku menggoda istriku.
“gerrrrr..dasar lelaki...itu aja pikirannya.” Jawab istriku sambil mencubit pinggangku sampai aku terlompat.
Dua orang lelaki yang berpakaian seragam satpam dan seorang lelaki tua berpeci lewat dengan sebuah sepeda. Wajah salah satu satpam itu tidak bisa menyembunyikan kepanikannya, sedangkan dua orang lainnya sepertinya tenang dan menyembunyikan kecemasan mereka. Mereka berhenti ditengah jalan didepan rumah kami lalu menyelidiki daerah sekeliling. Tidak mengharapkan kejadian buruk terjadi didaerah itu. Dengan tenang bapak yang berpeci itu memperingati setiap penghuni rumah yang berdiri diri didepan rumah untuk sementara waktu berteduh ditengah jalan. Lalu pergi kerumah rumah yang sepertinya ada penghuninya tapi tidak menyadari gempa itu.
Kami menuruti nasehat bapak itu yang kami kenal sebagai pak rt di kawasan perumah ini. sepertinya bapak ini melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Bukan sebagai simbol dan pejabat yang mengurus uang KTP saja. Atau hal hal seperti itulah dalam pikiranku. Aku bisa menebak bapak ini terlebih dahulu telah mengamankan keluarganya lalu dengan cekatan memanggil kedua satpam itu. Lalu berkeliling perumahan memperingati warganya. Sungguh mulia dirimu wahai pak rt tetap dalam pikiranku.
“bu..tadi gempanya terasa sekali ya..” ucap istriku kepada seorang wanita yang berada didekatnya. Wanita yang diajak bicara sepertinya masih bingung karena suaminya masih berada didalam rumah. Suaminya bersikeras untuk menelepon seseorang dari dalam rumah. Wanita itu hanya diam disana memeluk anaknya yang sepertinya terlalu mengantuk untuk menyadari keadaan sekelilingnya.
“hah..oh iya...” jawab wanita tersebut.
“suaminya masih didalam ya bu?” tanyaku kepadanya.
“iya..” jawabnya sepertinya masih cemas.
Suami dari ibu ini terkenal dikawasan kami sebagai orang yang keras dan kolot. Pernah satu kali dalam rapat warga suami ibu ini berdebat dengan sengit terhadap warga lain. Kami mengira akan terjadi perkelahian fisik dalam proses musyawarah ini. mungkinkah terjadi bak bik buk jeder... tapi sepertinya suasana panas itu tidak berkembang menjadi anarki. Karena kami yang berkumpul disana adalah para lelaki yang sudah berpengalaman dan dewasa. Menganggap perkelahian semacam itu adalah kebudayaan barbar dan harus dihindari. Apa? kamu penasaran dengan perdebatan sengit itu?. Oh itu, sebenarnya masalah sepele saja. Bapak itu berdebat kalau sebaiknya makanan yang dihidangkan saat rapat adalah pisang goreng dan kopi bukan pizza hut dan coca cola seperti biasanya.
“mau saya panggilkan bu?.” Tawarku kepada wanita muda itu.
“ganjen...” istriku berbisik sambil kembali mencubit pinggangku. Kali ini lebih keras dari biasanya, aku hanya bisa menahan rasa sakit dan tersenyum kecut.
“eh..eh..gak usah..bentar lagi juga keluar” jawabnya bingung melihat wajahku yang meringis.
“efhh..yha shudafff” istriku adalah wanita yang pencemburu kelas berat. Jika ada kejuaraan cemburu maka kurasa istriku telah menjadi juara bertahan selama tiga tahun. Tapi mungkin karena hal itu aku jatuh cinta kepadanya, dia membuatku merasa istimewa dan spesial.
Tidak beberapa lama kemudian seorang pria tua keluar dari rumah disamping rumah kami. Langkahnya sedikit tertatih, mungkin karena usianya yang sudah kepala empat. Tapi istrinya masih muda dan cantik, bahkan badannya masih bisa dibilang seksi dan menarik. Suatu paduan suami istri yang tidak seimbang, karena hal itu banyak gosip berseliweran mengenai pasangan ini didaerah perumahan ini. walau tentunya aku tidak mengetahuinya, aku terlalu sibuk untuk memperhatikan istriku dan pekerjaanku disalah satu perusahaan swasta dikota ini.
“kok lama pak...sudah teleponnya” tanya istrinya.
“sudah dek..bung..saya baru saja menelepon teman saya bekerja dipemerintahan dan sepertinya ada peristiwa buruk sedang terjadi.” Jawabnya kepada istrinya lalu berkata kepadaku.
“apa tuh bang” aku memanggilnya abang karena dia suka dipanggil abang.
Abang ini terlahir sebagai suku batak, dan dari sifatnya yang keras, abang ini senang bila ada orang yang menghargainya dan menghormatinya. Dan saya termasuk orang yang didalamnya. Kalau sore telah tiba sering terdengar suara musik dari rumah beliau, pernah satu kali saya bertanya arti dari lagu lagu itu. saya terkejut karena arti dari lagu itu selalu yang sedih dan suram. Ada yang tentang anak yang disekolahkan mamaknya jauh dinegeri seberang juga ada yang tentang seorang lelaki yang patah hati karena wanita yang dicintainya menikahi pria lain lalu bersumpah tidak akan menikah selamanya saking cintanya. Ya, suram suram seperti itulah, sesuatu yang memberikan perspektif baru memandang suku batak. Walau jingar tetapi hatinya metal...melo total.
“ditengah kota..beberapa gedung hancur dan beberapa pertokoan hancur ketanah..temanku menasehati kita untuk berteduh didaerah sana” jawab abang itu menunjuk kesebuah daerah tanah lapang yang terletak agak jauh dari perumahan kami.
“bah..ada korban jiwakah bang?” tidak sengaja kebiasaanku memakai logat batak saat berbicara dengan abang ini keluar.
“tidak dapat dipastikan...tapi sepertinya banyak bung..sebaiknya kita memperingati kepala desa lalu bergegas mengungsi” jawabnya lalu berjalan cepat mengejar langkah pak rt yang sedang menggedor pintu rumah tidak jauh dari tempat kami berdiri.
“waduh..raden ayu disini ya sama adek ini..kang bantu abang dulu..” ucapku kepada istriku yang terpelongo mendengar kabar barusan. Tetapi sepertinya genggaman semakin erat sepertinya tidak ikhlas melepaskan kepergianku.
“tenang atuh wahai istriku..gempanya da lewat..kakang harus bantu yang lain..”ucapku berusaha menenangkannya. Rasa patriotisme dan kebersamaan bergemuruh didadaku, aku ingin membantu sebisa mungkin walau aku tidak tahu apa yang bisa kubantu. Seperti kata iklan di tipi tipi yang penting taste,bung. Setelah istriku melepaskan pegangannya aku bergegas menyusul langkah abang.
Setelah sampai ditempat abang dan rombongan pak rt berdiri. Tiba tiba sebuah kernyit terasa dijantungku, sesuatu firasat buruk. Aku membalikan badanku dan menatap kearah belakangku. Disana aku melihat istriku dan istri abang ini berdiri berdekatan. Sesaat aku merasa lega, akan tetapi firasat buruk ini tidak kunjung hilang. Sejenak aku ingin kembali berjalan kearah istriku yang begitu cantik dan seksi itu dan memeluknya akan tetapi pikiranku untuk membantu sesama menghilangkan niatku.
Aku mendengar pembicaraan abang itu dengan kepala rt, dan dari situ bisa kusimpulkan bahwa kemungkinan gempa susulan bisa saja terjadi tidak lama lagi. Dan pemerintah setempat memperintahkan warga untuk mengungsi kedaerah luas yang tidak ada bangunan. Daerah yang tepat untuk itu adalah daerah rumput tempat beberapa peternak kerbau didaerah kami memberi makan ternaknya. Terlalu jauh jika dilalui dengan berjalan kaki, tetapi jika warga bersama sama berjalan kesana mungkin lebih aman dibandingkan tetap berdiam ditempat ini.
Tiba tiba getaran kecil terasa dikepalaku, semua yang kupandang dimataku bergoyang kecil. Tidak sebesar goyang ngebor inul atau goyang hip hopnya britney spears. Tapi goyangan yang cukup membuat jantungku bekerja lebih cepat. Pegangan dikakiku terasa lemas, sepertinya tanah yang kuinjak memberikan sensasi mabok tuak seperti saat aku minum minum dengan abang ini. sesuatu yang membuat istriku mengguyurku dengan air keran saat aku pulang waktu jaga malam waktu itu. aku masih beruntung, si abang malah dihukum istrinya tidak dikasih jatah selama sebulan. Meski abang itu sudah beralasan bahwa itu unsur ketidak sengajaan akan tetapi abang itu tidak bisa melawan. Selama sebulan abang itu terlihat lesu dan lemah. Sejak itu kami berjanji untuk tidak mabuk lagi, segelas sih boleh melepas kerinduan kampung halaman alibinya.
Semakin lama goyang inul itu semakin besar dan keras. Pohon pohon didekat kami sepertinya menikmati getaran itu dan terlihat miring tidak normal. Suara teriakan bergema disekeliling kami. Abang dan pak rt terjongkok ditanah dijalan. Aku berusaha untuk tetap bisa berdiri dan mencari sosok istriku dibelakang. Jarak kami tidak jauh tapi didalam hati dan pikiranku begitu jauhnya sehingga membuat perasaanku takut dan terkecam. Aku berdoa kepada tuhan untuk melindungi istriku. Aku bisa melihat tidak terlalu jauh disana istriku dan istri dan anak abang ini berpelukan ditanah.
Kepanikan terjadi, aku melihat abang itu merangkak berjalan kearah istri dan anaknya. Aku ingin mengikutinya dari belakang akan tetapi mataku menangkap sesuatu hal. Disamping kananku dari arah sebuah rumah besar seorang perempuan terjongkok tepat disamping sebuah mobil yang terparkir didalam rumah. Perempuan itu menutup matanya dengan kedua tangannya tidak melihat sebuah pohon besar bergoyang begitu kencangnya sehingga sepertinya akan roboh kearah mobil itu. sekilas aku menatap kearah istriku, lalu memutuskan bergerak cepat kearah perempuan yang ketakutan itu.
Kejadian itu begitu cepat, aku tidak tahu berapa lama gempa itu berlangsung. Tetapi didalam pikiranku saat itu hanya ingin menolong perempuan didekat mobil itu sebelum pohon besar itu jatuh dan menimpa dirinya. Semua hal bergoyang goyang, bahkan sudut pandang mataku tidak bisa mengkonsentrasikan kepada satu titik. Aku berdiri dan bergerak sebisa mungkin kearah perempuan itu. suara teriakan teriakan dan bangunan runtuh ketanah tidak kupedulikan. Setelah berada didekat perempuan itu bunyi batang pohon patah terdengar. Dengan cepat aku memeluk tubuh perempuan itu dan mendorongnya tubuhnya ketanah dengan tubuhku berada diatasnya.
Batang pohon itu jatuh mendarat tepat diatap mobil. Bunyi kaca pecah meletup diatas punggungku. Pecahan kaca berterbangan bercampur dengan daun daun yang melayang jatuh ketanah. Sesaat aku merasakan menyentuh benda empuk yang berada dibawah tubuhku, lumayan rejeki tambahan pikirku. Setelah meyakinkan perempuan dibawahku ini bernafas aku tidak punya pilihan selain memeluk wanita yang tidak kukenal ini berharap dia tidak mengalami cidera dan berdoa kepada tuhan juga melindungi istriku disana. Kesadaranku sepertinya semakin hilang, seiring dengan menghilangnya getaran gempa itu.
Aku terbangun dipondokan itu beberapa jam kemudian. Aku berusaha bangkit dari rebahanku, tapi tangan seseorang yang kukenal melarangku. Wajah istriku yang pucat tetapi tetap terlihat cantik dan manis berada diatas wajahku. Dia menangis dan sepertinya bersyukur aku masih hidup. Istriku memelukku, lalu aku menyadari rasa sakit dipinggangku. sepertinya sebuah ranting pohon menusuk pinggangku saat benturan tadi.
Istriku bercerita bahwa setelah gempa itu menghilang dia dan abang serta keluarganya mencariku dibawah pepohonan itu. beberapa warga membantu mengangkat batang pohon itu. setelah melihat tubuhku terbaring berlumuran darah, istri abang ini yang berprofesi suster memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dengan merobek dasternya lalu memperbanku dengan sobekan itu. Setelah itu abang itu menggendongku sampai kepondokan yang ada didaerah lapangan luas ini.

“nasib perempuan itu gimana?” tanyaku kepada istriku.
“selamat...tuh dia disana dengan warga lain” jawab istriku mengusap air matanya.
“ohh...baguslah” jawabku lega dan bersyukur kepada Tuhan istriku sepertinya tidak mengalami cidera apapun.
“kang..” ucap istriku.
“ya raden ayuku..” ucapku menggenggam erat tangan istriku.
“kalau tadi tidak ada abang dan kakak itu..aku gak tau..” kembali istriku terisak menangis.
“hus hus..sudah sudah..kita berdua selamat...kita harus bersyukur...” ucapku menenangkan dirinya.
“kang....” ucapnya beberapa saat setelah kami berdua sibuk memikirkan beberapa hal.
“apa den ayuu..” ucapku manja.
“lain kali..kalo mau beraksi jadi superman..bilang bilang ya.” Ucapnya memberikan lelucon.
“bah...dasar..muaahhh..aduhhh..aduhhh..” aku berusaha mencium istriku. Tetapi sakit dipinggangku menghentikan pergerakan tubuhku.
Tidak terlalu jauh dari tempat kami mengungsi. Beberapa rumah besar dikawasan rumah kami hancur. Beberapa dari rumah itu telah menjadi keping keping bebatuan. Pohon pohon besar tercabut atau patah dari tanah dan berserakan ditanah. Tiang tiang listrik yang patah dari kabelnya menimbulkan percikan api. Ada dua rumah terbakar, tetapi karena rumah itu tidak berdampingan dengan rumah lain kebakaran itu tidak merembet. Suasana gelap dan sunyi, cahaya api dari kebakaran rumah itu menyinari daerah perumahan itu. rumah yang kami huni pun sepertinya tidak luput dari bencana ini dan telah menjadi puing puing reruntuhan. Tetapi itu masalah lain yang harus kami pikirkan nanti.

0 komentar:

Posting Komentar

alangkah baik'y bila anda meninggalkan jejak dibawah ini..!!

Masukkan email untuk update:

Delivered by FeedBurner

DoDoT_KeCiL_MaSiH_YaNg_DuLu