WeLcOmE CoMrAdE
Save The World Today
____Enjoy Your Live Today *BECAUSE* Yesterday Had Gone And Tomorrow May Never Come____
continue like this article, although the road is full of obstacles and temptations

Johan'z & Burung Kenari

| Kamis, 22 April 2010 | |
Awan biru terlihat berarak melintasi sebuah desa kecil yang bernama Gergunung. Di desa itu tinggalah seorang petani bersama istri dan seorang anak laki-lakinya yang bernama Johan. Bapak Johan bernama Seno sedang Ibunya adalah Wulan. Pak Seno dan bu Wulan sangat menyayangi Johan. Setiap kali pergi ke ladang untuk mencari ubi mereka selalu mengajak Johan. Ditengah-tengah kegiatan mereka mencari ubi, Johan berteriak kegirangan dan menarik lengan bapaknya “Pak itu apa namanya” Johan menunjuk binatang yang hinggap dipohon Mahoni. “Itu burung kenari nak”. Nampak seekor burung kecil dengan bulu yang indah suaranya pun merdu. Meski sudah sering menjelajah ladang bersama kedua orang tuanya namun Johan baru kali ini melihat ada burung yang seperti itu. Selang beberapa menit anaknya bertanya lagi “Kalau itu suara apa bu’?” Bu Wulan mencermati suara yang dimaksud anaknya “Itu suara burung kenari yang kau lihat tadi anakku”. Penuh rasa keingintahuan memang anak pasangan Pak Seno dan Bu Wulan itu. Sungguh beruntung Johan yang memiliki orang tua penyabar dan berilmu hingga dapat menjelaskan banyak hal yang belum diketahuinya. Dalam perjalanan pulang Johan bertanya lagi saat melihat onggokan rumput kering yang disusun membentuk setengah lingkaran “Terus..kalau ini apa pak” Pak Seno menjelaskan dengan rinci bahwa itu adalah rumah atau sarang burung kenari yang tadi telah dilihat dan didengar oleh anaknya. Bertambah takjub lelaki kecil itu akan burung yang bernama kenari, bulunya indah suaranya merdu rumahnya pun unik pikirnya.
Sampai dirumah Johan mendadak berlari menuju teras rumah dan memanggil bapak dan ibunya untuk segera keluar “Pak lihat itu burung apa, suaranya bagus sekali” “Nak itu kan burung kenari sama seperti yang kau lihat diladang tadi, hanya saja berbeda warna”. Semua peristiwa yang pernah dilalui oleh keluarga itu selalu dicatat dalam sebuah buku kecil yang disimpan Pak Seno di dalam lemari pakaiannya. Ini bertujuan kelak anaknya mempunyai sebuah bacaan tentang masa lalunya. Masa lalu yang penuh pelajaran. Ilmu memang tak hanya ada di bangku sekolah. Ilmu bisa datang darimana saja, kapan saja dan diajarkan oleh siapa saja.
Hari terus berlalu Johan kini sudah semakin besar. Tapi kini Johan menjadi anak yang sering marah kepada orang tuanya. “Pak, Johan kini sudah besar, kita juga sudah mendidik semampu kita kira-kira dia bisa menangkap semua itu nggak ya pak bagaimana kalau kita beri dia ujian semacam tes tapi tidak pakai soal tertulis?” Bu Wulan mengutarakan maksud hatinya untuk menguji sejauh mana anak mereka telah berhasil menyerap hal-hal yang selama ini telah mereka ajarkan. “InsyaAllah dia mampu merekamnya dengan baik bu’ usul ibu bagus juga” Pak Seno setuju dengan usul istrinya. Ia memilih untuk melakukan tes kesabaran kepada anak semata wayangnya tersebut.
Suatu hari Pak Seno dan Bu Wulan mengajak anak mereka itu pergi keladang seperti yang biasa dilakukan ketika Johan masih kecil dulu. Sampai diladang Pak Seno menunjuk seekor burung yang hinggap di pohon Randu “Itu burung apa ya nak namanya?” Pak Seno sengaja pura-pura tidak tahu. “Oh…itu burung Kenari pak” Jawab Johan singkat tanpa ekpresi. Setelah itu giliran ibunya yang bertanya “Kalau itu suara apa ya nak?” Bu Wulan bertanya sehalus mungkin dan ingin segera tahu bagaimana reaksi anaknya, apakah akan dijawab sesingkat jawaban atas pertanyaan suaminya tadi atau ia akan mendapati jawaban yang lembut. ”Ah ibu…itu kan suara burung kenari, masa tidak tahu sih” Johan menjawab pertanyaan ibunya dengan nada kesal. Dalam hati Johan menggerutu “Katanya sudah hafal segala bentuk dan rupa yang ada di ladang ini tapi buktinya masih tanya juga” Ketika memanjat pohon Pak Seno memperlihatkan sarang Kenari kepada anaknya dan menanyakan kepada anaknya apakah benda yang dipegangnya itu ”Kalo ini” Johan semakin jengkel dengan orang tuanya ”Bapak dan ibu ini bertanya terus sih, jelas-jelas itu sarang Kenari kok masih bertanya”. Melihat respon anaknya Pak Seno dan Bu Wulan sedikit kecewa karena anak yang telah mereka didik dengan kasih sayang kini tak memperlihatkan hasil yang membanggakan seperti yang mereka harapkan.
Akhirnya mereka bertiga pulang. Johan langsung menuju kamarnya untuk bersantai, tapi bapaknya memanggil agar segera ke teras rumah “Nak sini, coba lihat kalau itu burung apa ya?” “Bapak ini kok pikun tho itu kan burung Kenari sama seperti tadi” Johan hilang kesabaran dan menjawab pertanyaan bapaknya dengan kasar. Pak Seno terdiam, sejenak kemudian ia mengambil buku kecil yang ada di lemari pakaian lantas menyerahkan kepada anaknya untuk dibaca. “Bacalah nak” Johan menuruti permintaan bapaknya dan mulai menangis. Dingatnya kembali bahwa dulu ternyata ia juga selalu bertanya kepada kedua orang tuanya tetapi selalu dijawab dengan halus tidak seperti dirinya sekarang yang menjawab dengan kasar dan tidak sabar. Johan membayangkan betapa sering dirinya telah bertanya sedari kecil hingga sekarang. Tentu banyak pengetahuan yang berasal dari jawaban berbumbu sabar dari kedua orang tuanya. Tak hanya itu ia yakin bahwa selama ini polah tingkahnya kerap membuat bapak atau ibunya kesal namun Johan sama sekali tak pernah mendapat bentakan atau cacian kasar.
Ketidak sabaran Johan dan jawaban ketusnya berbanding terbalik dengan apa yang pernah dilakukan orang tuanya. Tangis Johan semakin menjadi ia malu pada bapaknya ia sedih mengingat jasa ibunya. “Allah pasti marah padaku karena telah jadi anak yang tidak sabar” Johan benar-benar sedih melihat kelakuannya sendiri. Pak Seno tak tega juga melihat anaknya sesenggukan daritadi, diraihnya tangan kecil Johan “Nak…orang sabar itu disayang Allah, maka dari itu kita harus sabar”. “Iya pak, Johan salah”. Bu wulan yang diam daritadi kini angkat bicara “Ya sudah yang penting hari ini kita sudah mengingat lagi pelajaran tentang sabar dan kita semua harus mengamalkannya, bukan begitu pak?”. Pak Seno yang ditanya mencoba menjawab dengan sedikit guyon demi menghentikan tangis anaknya. Sembari bergaya dia berucap “That’s righttttt bu’” Melihat aksi itu Johan dan bu Wulan tertawa cekikikan.


"SETIAP PERBUATAN YANG SELALU MENJADIKAN ITU KEBAIKAN, PASTI AKAN MENDAPAT AKHIR YANG BAHAGIA..!!"

0 komentar:

Posting Komentar

alangkah baik'y bila anda meninggalkan jejak dibawah ini..!!

Masukkan email untuk update:

Delivered by FeedBurner

DoDoT_KeCiL_MaSiH_YaNg_DuLu