WeLcOmE CoMrAdE
Save The World Today
____Enjoy Your Live Today *BECAUSE* Yesterday Had Gone And Tomorrow May Never Come____
continue like this article, although the road is full of obstacles and temptations

Inspirasi

| Kamis, 22 April 2010 | |
Beberapa hari ini, Rena kelabakan. Ia mendapat tugas mengarang dari guru bahasa Indonesianya. Padahal, tuh anak paling alergi sama yang namanya karang mengarang.
“Aduh, Rio, gimana nih? Gak ada inspirasi yang lewat di kepalaku nih,” Rena mengeluh pada Rio, sepupunya yang sekolah di STM.
Rena dan Rio emang sepupu yang kompak. Meskipun rumah mereka agak jauhan, tapi mereka sering main bareng. Rena sering maen ke rumah Rio. Rio juga sering maen ke rumah Rena. Rio orangnya cuek, tapi enak diajak curhat. Yang jelas, Rena bisa bercerita panjang, lebar, luas, dan dalam sama Rio. Rio nggak akan menyuruhnya berhenti cerita. Ia nggak keberatan ngedengerin curhatannya Rena, karena ia sadar sepenuhnya kalau sepupunya yang satu itu emang rada-rada eror dan agak kurang perhatian.
“Ya jelas aja nggak dapat inspirasi. Orang dari tadi bengong terus. Gaul dong….gaul! Siapa tahu inspirasi akan datang dengan sendirinya,” kata Rio asal, sambil terus asyik dengan rangkaian elektronik yang entah diembatnya dari mana.
Rio suka dengan alat-alat elektronik. Nggak salah dia masuk sekolah kejuruan. Saking sukanya, pernah dia tidur memeluk solder yang menyala. Alhasil, tangannya melepuh selama seminggu. Rasain, he…he…!
“Emangnya inspirasi mau diajak gaul? Dimana pula bisa kutemui dia?” jawab Rena juga asal.
“Ya nggak tau. Emang kamu biasanya nemu inspirasi di mana? Di taman, di mall, di sekolah, apa di kolong jembatan?” tanya Rio tanpa sedikit pun mengalihkan perhatiannya dari kabel merah dan biru yang terpasang pada papan rangkaian listrik yang dipegangnya.
Lagaknya udah kayak Jet Li di film High Risk saja, saat harus memilih kabel mana yang harus dipotong agar bom di badan kekasihnya tidak meledak.
“Ya, itu dia masalahnya. Semua inspirasi tampaknya sudah bosan sama aku. Jadi nggak ada yang mau menyapaku lagi. Rio, bantuin dong!” kata Rena memelas.
Tiba-tiba, Rio menoleh dengan senyum penuh arti.
“Eh, Ren, aku ada ide,” katanya.
“Oya, Ide apaan?” tanya Rena penasaran.
“Ide gaul pokoknya. Tapi mahal nih sogokannya,” kata Rio dengan licik.
“Huh, dasar mata cokelat. Pasti minta cokelat lagi,” tebak Rena.
Rio emang biasanya pasang tarif kalo ada yang curhat ma dia. Lumayan nggak mahal-mahal sih. Paling cuma minta cokelat beberapa batang. Sebenarnya, Rio bukan penggila cokelat. Tapi dia suka bagi-bagi cokelat ke teman-temannya, terutama teman cewek. Dan pasti lebih asyik kalau dia nggak perlu ngeluarin duit buat beli coklat yang mau dibagi-bagiin itu.
“Eh, enggak kok. Sekarang aku lagi butuh IC, LDR, LED, transistor, dan beberapa komponen elektronik yang lain. Cokelatnya ntar aja nyusul,” kata Rio.
Tanpa dikatakan pun, Rena udah paham apa maksudnya. Maksudnya adalah Rena harus merelakan sisa uang dalam dompetnya yang udah tipis untuk digunakan Rio membeli komponen-komponen elektronik, sebangsa IC, LDR, LED, yang tadi udah dia sebutin. Sebenarnya Rena sayang juga sih. Mengingat sekarang kondisi keuangannya sedang kembang kempis.
“Tapi idenya gimana dulu? Ntar kuputusin apakah aku rela mengorbankan sisa-sisa harta yang begitu berharga ini ke dompet kamu,” kata Rena.
“Idenya gini: Besok sore jam setengah empat, kamu ikut aku ke sekolah. Besok bakalan ada latihan ekstra basket. Kamu nonton aja di pinggir lapangan. Ntar sapa tau dapat inspirasi buat nulis. Gimana? Gaul kan ideku?” tanya Rio.
Ia terlihat bangga sekali dengan idenya yang sebenarnya biasa-biasa aja itu.
“Gaul apanya? Masa aku harus bengong di pinggir lapangan, nonton kamu sama teman-temanmu maen basket. Ya mendingan aku maen basket sendiri,” kata Rena kesal.
"Yeee, kamu ini gimana sih? Kalau maen basket sendiri, mana bisa dapat inspirasi. Tapi kalau kamu memperhatikan kami yang muda-muda ini bermain basket, siapa tau tiba-tiba inspirasi datang menyapa,” kata Rio mencoba meyakinkan Rena.
“Enak aja! Emangnya aku udah tua? Pake bilang yang muda-muda segala,” kata Rena sewot.
Rio pun tertawa.
“Ya nggak gitu sih maksudku. Tapi kalau kamu nangkapnya gitu ya syukurlah, berarti sadar diri,” kata Rio penuh kemenangan.
Rena benar-benar jengkel. Ia melemparkan bantal kursi ke arah Rio, tapi Rio cepat mengelak sambil tertawa mengejek.
“Dasar sepupu sableng!” umpat Rena.
Dalam hati, Rena mengakui bahwa ide Rio tadi cukup bagus juga. Lagipula, ia tak tahu lagi harus melakukan apa untuk mendapatkan ide. Akhirnya, Rena memutuskan untuk ikut Rio ke sekolahnya besok sore. Meskipun harus dengan mengorbankan sisa-sisa uang dalam dompetnya.
Keesokan harinya, jam tiga seperempat sore, Rena telah siap di teras rumah. Ia membawa bekal seadanya, yaitu sebuah buku tebal dan selusin pulpen berbagai modal. Rena tidak ingin di tengah-tengah menulis, tiba-tiba pulpennya ngadat dan tulisannya terhambat.

Sebenarnya Rena pengen bawa laptop kakaknya, tapi apa daya hari itu kakaknya lagi pelit. Jangankan minjemin laptop, minjemin recehan buat ngasih pengamen aja ogah. Ya gimana mau minjemin? Pengamennya aja seabrek. Datangnya pun silih berganti. Begini nih kalau masyarakat Indonesia belum sejahtera. Dimana-mana orang sibuk mencari kerja yang entah ilang kemana. Akhirnya, orang-orang yang udah bosan cari kerja itu pun memilih jadi pengamen.
By the way, Rio mana ya? Nggak biasanya tuh anak ngaret. Tuh bener kan? Baru diomongin udah muncul. Gila, nih anak penampilannya serba hitam. Kaos, celana, jaket, kacamata, sepatu, kaos kaki, helm, bahkan motornya juga hitam.
“Eh, Rio, kamu tuh mo basket apa mo ke pemakaman?” tanya Rena usil.
Rio cuma senyum-senyum aja menanggapinya.
“Udah jangan berisik, sekarang cepetan berangkat,” kata Rio.
Akhirnya, Rena naik ke boncengan Rio, lalu mereka pun melaju ke sekolah Rio. Sekolahnya nggak terlalu jauh, sekitar tiga kiloanlah. Tapi harus masuk sedikit ke gang. Nggak masalah sih. Gang itu cukup lebar, jadi motor bisa masuk dan jalan terus sampai ke sekolah. Tapi di luar dugaan Rena, di depan gang Rio menghentikan motornya.

“Ren, kamu turun sini aja, ya. Ntar kamu jalan aja ke sekolahku, oke? Tuh, bentar lagi juga nyampai kok,” kata Rio.
“Emangnya kenapa?” tanya Rena tak mengerti.
“Ya elah, Ren. Aku kan cowok idola di sekolah. Kalau ketahuan bonceng cewek, bisa-bisa para fans protes. Ntar malah membahayakan kamu sendiri. Tau kan gimana ulahnya fans berat?” kata Rio dengan sombongnya.
Uuuuhhh… Rena kesal banget. Pengen dijitaknya sepupunya itu.
“Dasar, harusnya kamu bangga dong bonceng cewek cakep kayak aku ini,” kata Rena tak kalah sombong.
Emang dasar dua manusia ini sombongnya selangit. Emang dasar… emang dasar… emang dasar loe cacingan… gitu katanya Wali. Hehehe..
“Lha terus nanti kita ketemu dimana?” tanya Rena.

“Ya nggak usah ketemu. Ntar kamu duduk-duduk aja di pinggir lapangan, sementara aku ma temen-temen maen basket. Ntar kita pura-pura nggak saling kenal aja,” kata Rio.
“Sialan nih anak. Kok aku ditelantarkan...,” kata Rena jengkel.
Rena ngomel-ngomel nggak karuan, tapi Rio udah buru-buru mengegas motornya dan melaju meninggalkan Rena. Dengan bersungut-sungut, Rena pun melangkahkan kakinya ke sekolah Rio.
“Ciiiitt…..!!!” tiba-tiba sebuah Harley Davidson mengerem mendadak.
Ternyata tadi Rena berjalan terlalu ke tengah. Harley itu hampir saja menabraknya. Untung pengendaranya cepat-cepat mengerem. By the way, pengendaranya siapa sih?
“Hei, kamu nggak apa-apa?” terdengar sebuah suara.
Rena menoleh. Saat itulah, ia melihat seorang cowok berpostur tegap, dengan baju olahraga serba putih. Cowok itu melepas helmnya. Gila, cakep banget kayak Christian Sugiono…. Xixixi..

“Ehm… ehm… aku nggak apa-apa kok!” kata Rena agak gugup.
Jangan salah. Ia bukannya gugup karena ketemu cowok cakep itu. Tapi sepatunya kegilas ban motor cowok itu. Jadi sambil ngomong, Rena berusaha menarik sepatunya dari bawah ban. Untung sebelum sepatunya kegilas, kakinya masih sempat menyelamatkan diri. Yah gimana sih kronologi kejadiannya? Jadi bingung nih. Yang jelas, tadi tuh Rena kesandung karena kaget mendengar suara motor mengerem, lalu sepatunya lepas dan terlempar ke jalan. Saat itulah, sepatu itu langsung disambut oleh ban motor cowok itu. Jadi kaki Rena memang tidak sedang ada di dalam sepatu itu.
Akhirnya, Rena berkenalan sama cowok itu. Namanya Ricky Sugiono. Katanya sih saudara jauhnya Christian. Tapi jauuuhhhh sekali. Rena sendiri ngaku alumni sekolah itu dan pengen ikutan main basket sore itu.
Berhubung tuh cowok ternyata juga mau ke sekolahnya Rio, akhirnya Rena berangkat bersamanya. Ternyata Ricky tuh pelatih basketnya. Pantas aja tingginya kayak tiang listrik.

“Kita udah sampai. Tuh anak-anak udah pada ngumpul,” kata Ricky.
Setelah memarkir motor, Rena dan Ricky pun berjalan menuju lapangan.
Semua orang di lapangan itu terpana melihat kedatangan Rena bersama Ricky. Cewek-cewek yang ngefans Ricky syok berat.
Cowok-cowok yang ngefans Rena juga pada syok berat (Eh, emangnya ada? Perasaan ketemu juga baru sekali ini).
Di luar itu semua, tampang Rio yang paling masam.
Ia kelihatan jengkel banget.
Rena tersenyum penuh kemenangan ke arah Rio.
He…he… ternyata sepupunya yang dia terlantarkan itu sekarang malah jadi pusat perhatian banyak orang.
“Perhatian semuanya, kenalin nih Rena. Katanya dulu dia alumni sekolah ini. Hari ini Rena akan ikutan kita latihan basket,” kata Ricky memberi pengumuman.
Rena senyum-senyum sambil melirik Rio, yang dalam hati menghujatnya habis-habisan.
“Alumni sekolah ini? Bah!” begitu pikir Rio.
Latihan basket pun dimulai.
Semua berjalan dengan lancar.
Rena mengikuti latihan basket dengan antusias. Ia pun senang dapat kenalan teman-teman baru, terutama Ricky. Dan yang lebih menyenangkan bagi Rena, hari itu ia memperoleh inspirasi untuk karangannya.

Keesokan harinya, tugas mengarang Rena terselesaikan.
Ia menulis tentang sejarah kepahlawanan Bung Tomo dalam memimpin arek-arek Suroboyo. Ia menceritakan tentang insiden penyobekan bendera Belanda yang dikibarkan di atas Hotel Yamato, hingga menjadi Merah Putih, bendera kebangsaan dan kebanggaan negara kita.
Ya ampun, Ren, nyambung nggak sih inspirasi ma karangannya tuh? Tapi nggak apalah, yang jelas Rena udah berusaha semaksimal mungkin buat ngerjain tugasnya, ama ngerjain sepupunya……. Tul kan?

0 komentar:

Posting Komentar

alangkah baik'y bila anda meninggalkan jejak dibawah ini..!!

Masukkan email untuk update:

Delivered by FeedBurner

DoDoT_KeCiL_MaSiH_YaNg_DuLu